31 August 2008

PERTEMUAN 1 - MEMBERDAYAKAN KELUARGA UNTUK BERMURAH HATI



DOA PEMBUKAAN :


Allah Bapa yang maharahim, sumber pengharapan serta pertolongan kami, Engkau senantiasa menyertai setiap langkah hidup kami agar kami selalu berbuat baik bagi sesama kami.

Bukalah hati dan pikiran kami serta berilah kekuatan baru dalam terang Roh Kudus-Mu; agar kami mampu memdengarkan, menghayati dan melaksanakan ajaran Putra-Mu, supaya kami memilki kepekaan untuk bermurah hati dan berbelas kasihan terhadap penderitaan orang lain. Sebab Engkau telah bermurah hati kepada kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, amin




BACAAN KITAB SUCI : Matius 25 : 31-46


Mat 25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama- sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

Mat 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,

Mat 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.

Mat 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.

Mat 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;

Mat 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Mat 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?

Mat 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?

Mat 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

Mat 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Mat 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

Mat 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;

Mat 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.

Mat 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?

Mat 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Mat 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."


MENCERMATI KITAB SUCI :


1. Apa yang mula-mula dikerjakan Sang Raja sebagai Hakim Agung, dalam pengadilan terakhir-Nya ?

2. Perbuatan apa yang dilakukan oleh kelompok yang duduk disebelah kiri-Nya dan apa yang diperbuat oleh kelompok disebelah kanan-Nya ? Mengapa nasib mereka berbeda ?

3. Kedua kelompok (“domba” dan “kambing”) memberikan pertanyaan yang sama kepada sang Raja, mengapa mere tidak mengenal Raja itu ?

4. Hal apa yang bisa kita petik dari ajaran Jesus ini ?


Anda dapat berpartisipasi dengan menjawab, memberi pendapat, komentar atas pertanyaan diatas dengan meng klik komentar


Semoga bermanfaat


Dikutip dari : Bulan Kitab Suci 2008 – Bahan Renungan Harian – Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta


Lukisan : St Matius - Michaelangelo


27 August 2008

KEMURAHAN HATI ALLAH - Bulan Kitab Suci 2008


Seperti pada tahun-tahun yang lalu, sejak tahun 1977, bulan September 2008 ini kita merayakan Bulan Kitab Suci yang pada tahun ini mengambil tema Kemurahan Hati Allah

Pada kesempatan ini kami mengajak anda untuk ikut berpartisipasi pada Bulan Kitab Suci melalui dunia maya ini, yang mungkin dapat membantu anda yang karena kesibukan kurang berkesempatan mengikuti kegiatan Bulan Kitab Suci di Lingkungan anda, karena renungan yang kami sampaikan sama dengan renungan yang disampaikan pada pertemuan-pertemuan di Lingkungan di Keuskupan Agung Jakarta, sedangkan bagi anda pengunjung blogsite ini yang berasal dari luar KAJ kami mohon maaf sebab kami hanya memiliki bahan Renungan dari KAJ

Setiap Sub Tema akan kami sampaikan setiap hari senin dan pada bagian Mencermati Kitab Suci, yang berbentuk pertanyaan, anda dapat berpartisipasi dengan menyampaikan pendapat atau pandangan anda, dengan mengklik komentar, sebagai sharing iman anda yang mudah-mudahan dapat membantu sesama pengunjung blogsite ini

Sebagai awal kami sampaikan terlebih dahulu sambutan Ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci - Keuskupan Agung Jakarta ...

Saudara-saudariku yang terkasih,

Ditengah kesulitan hidup dan masalah yang menimpa, kita semua dipanggil untuk tetap beriman kepada Sang Pemberi Kehidupan. Tentu saja kita perlu menghadapi kesulitan dan masalah, akan tetapi dasarnya adalah bukan kemarahan, kejengkelan, apalagi balas dendam, tetapi KEMURAHAN HATI ALLAH

Itulah mengapa tema ini dipilih sebagai tema Bulan Kitab Suci di Keuskupan Agung Jakarta. Selain mengajak umat untuk makin mengenal dan mencintai Kitab Suci, terlebih kita diajak untuk berjumpa secara pribadi dengan Allah yang murah hati

Semoga perjumpaan dengan-Nya makin meneguhkan iman kita, menemukan panggilan dan jati diri di tengah masyarakat ini dan akhirnya menggerakkan kita untuk terlibat pada persoalan hidup dan bertanggung jawab membantu saudara-saudari yang lemah miskin tak berdaya

Selamat berbagi iman !

Benediktus Ari Darmawan Pr

Ketua Komisi KKS - KAJ


Semoga bermanfaat

24 August 2008

Rapat Pengurus Lingkungan

Rapat Pengurus Lingkungan St Mikael telah dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2008 jam 20:00 - 23:00 dengan mengambil tempat di Sport Club dengan hasil sbb :

Bulan September 2008 diisi dengan kegiatan Bulan Kitab Suci yang akan diadakan pada tanggal 5, 12, 19, 26 September 2008, Sie Liturgi akan mengkonfirmasikan tempat dan segera menginformasikan ke Sekretariat Lingkungan untuk dibuat undangan ke umat

Bulan Okteber 2008 diisi dengan Doa Rosario, tanggal dan tempat akan ditentukan Sie Liturgi

Nopember 2008 diisi dengan Misa Lingkungan sekaligus perkenalan romo Stasi yang baru pada tanggal 14 Nopember 2008

Desember 2008, Masa Advent akan diadakan Pendalaman Iman dimulai minggu ke 4 Nopember 2008, Sie Liturgi akan menentukan jadwal dan tempatnya

Pesta Natal dan Tahun Baru direncanakan tanggal 10 Januari 2009 detailnya akan dibicarakan pada rapat bulan Desember 2008

PPG - setiap Lingkungan diharapkan menyumbang 2 buah bangku untuk Misa di Gereja , untuk itu PPG diminta untuk membuat surat resmi untuk diedarkan ke umat, diharapkan Lingkungan St Mikael minimal dapat memenuhi target

Sie Bina Iman - saat ini sedang menginventarisir tenaga Pengajar dan selanjutnya dibuat program kerja

Konsumsi setiap rapat Pengurus Lingkungan diputuskan tidak mengambil dari kas Lingkungan tetapi secara bergilir disediakan oleh ibu-ibu anggauta Pengurus

Rapat berikutnya diadakan pada Desember 2008, sedangkan koordinasi antar anggauta Pengurus tetap berjalan lewat SMS dan email seperti biasa

Notulis
HO

Posting ini sebagai Notulen Rapat bagi Pengurus dan Laporan ke umat di Lingkungan St Mikael





16 August 2008

BOLEHKAH MEMBAYAR PAJAK KEPADA KAISAR?


Injil dan bacaan kedua bagi Minggu 17 Agt 08: Mat 22:15-22 1Petr 2:13-17


Rekan-rekan,


Satu ketika Yesus dimintai pendapat tentang membayar pajak kepada Kaisar: apakah hal ini diperbolehkan (Mat 22:15-22 // Mrk 12:13-17). Bila mengatakan boleh maka ia akan menyalahi rasa kebangsaan. Tetapi bila mengatakan tidak, ia pun akan berhadapan dengan penguasa Romawi yang waktu itu mengatur negeri orang Yahudi. Para pengikut Yesus kerap dihadapkan ke masalah seperti itu. Ada dua macam rumusan. Yang pertama terlalu menyederhanakan perkaranya, dan bisanya berbunyi demikian: "Bolehkah mengakui dan hidup menurut kelembagaan duniawi?" Gagasan ini kurang membantu. Kalau bilang "ya" maka bisa dipersoalkan, lho kan orang beriman mesti hidup dari dan bagi Kerajaan Surga seutuhnya. Kalau bilang "tidak", apa maksudnya akan mengadakan pemerintahan ilahi di muka bumi? Pertanyaan ini sama dengan jerat yang diungkapkan murid-murid kaum Farisi. Untunglah, ada pertanyaan yang lebih cocok dengan inti Injil hari ini: Bagaimana Yesus sang pembawa warta Kerajaan Surga melihat kehidupan di dunia ini? Ia memakai pendekatan frontal? Atau pendekatan kerja sama? Apa yang dapat dipetik dari cara pandangnya? Marilah kita dalami petikan dari Injil Matius yang dibacakan bagi Hari Rasa Kemerdekaan RI ini.


Di bawah juga akan ditambahkan catatan mengenai bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-17.


SEBUAH TANYA JAWAB


Menurut kebiasaan kaum terpelajar Yahudi waktu itu, dalam menanggapi pertanyaan yang membawa ke soal yang makin rumit, orang berhak mengajukan sebuah pertanyaan guna menjernihkan perkaranya terlebih dahulu. Lihat misalnya pertanyaan dalam Mat 21:23-25 mengenai asal kuasa Yesus. Dalam perbincangan mengenai boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar, Yesus mengajak lawan bicaranya memasuki persoalan yang sesungguhnya. Ia meminta mereka menunjukkan mata uang pembayar pajak dan bertanya gambar siapa tertera di situ. Mereka tidak dapat menyangkal itu gambar Kaisar. Yesus pun menyudahi pembicaraan dengan mengatakan, "Berikanlah kepada Kaisar yang wajib kalian berikan kepada Kaisar dan kepada Allah yang wajib kalian berikan kepada Allah!" Dengan jawaban ini ia membuat mereka memikirkan sikap mereka sendiri baik terhadap "urusan kaisar" maupun keprihatinan mereka mengenai "urusan Allah" dan sekaligus menghindari jerat yang dipasang lawan-lawannya. Bagaimana penjelasannya?


Kaum Farisi memang bermaksud menjerat Yesus. Mereka menyuruh murid-murid mereka datang kepadanya bersama dengan para pendukung Herodes. Kedua kelompok ini sebetulnya memiliki pandangan yang bertolak belakang. Orang-orang Farisi secara prinsip tidak mengakui hak pemerintah Romawi memungut pajak yang dikenal sebagai pajak "kensos", yakni pajak bagi penduduk, praktisnya sama dengan pajak hak milik tanah. Inilah pajak yang dibicarakan dalam petikan ini. Tidak dibicarakan pajak pendapatan. Mereka yang warga Romawi tidak dikenai pajak penduduk, tapi mereka diwajibkan membayar pajak pendapatan kepada pemerintah. Orang Yahudi yang bukan warga Romawi diharuskan membayar pajak penduduk. Maklumlah, seluruh negeri telah diserap ke dalam kedaulatan Romawi. Pemerintah Romawi tidak memungut pajak pendapatan orang Yahudi bukan warga Romawi. Tapi aturan agama juga mewajibkan mereka membayar pajak pendapatan dan hasil bumi yang dikenal dengan nama "persepuluhan" kepada lembaga agama. Disebut pajak Bait Allah. Kepengurusan Bait Allah akan mengatur pemakaian dana tadi bagi pemeliharaan tempat ibadat, menghidupi yatim piatu, janda, kaum terlantar serta keperluan sosial lain. Jadi orang Yahudi yang memiliki tanah dan berpendapatan dipajak dua kali.


MASALAH PERPAJAKAN


Bagi orang Farisi, membayar pajak penduduk berarti mengakui kekuasaan Romawi atas tanah suci. Padahal dalam keyakinan mereka, tanah itu milik turun temurun yang diberikan Allah, dan tak boleh diganggu gugat, apalagi dipajak. Maka pungutan pajak penduduk dirasakan sebagai perkara yang amat melawan ajaran agama leluhur. Para penarik pajak yang orang Yahudi dipandang sebagai kaum murtad dan melawan inti keyahudian sendiri. Mereka itu dianggap pendosa, sama seperti perempuan yang tidak setia.


Bagaimana sikap para pendukung Herodes? Yang dimaksud ialah Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea di bagian utara tanah suci. Pemerintah Romawi meresmikannya sebagai penguasa "pribumi" dan memberi wewenang dalam urusan sipil dan militer di wilayahnya. Tetapi di Yerusalem dan Yudea wewenang dipegang langsung oleh perwakilan Romawi, waktu itu Ponsius Pilatus. Herodes mengikuti politik Romawi dan merasa berhak menarik pajak penduduk di wilayahnya. Mereka yang disebut kaum pendukung Herodes dalam Mat 21:16 itu sebetulnya bukan mereka yang tinggal di Galilea, melainkan orang Yerusalem dan Yudea pada umumnya yang menginginkan otonomi "pribumi" seperti Herodes di utara. Mereka memperjuangkan pajak penduduk - pajak yang dibicarakan dalam petikan ini - tetapi bukan bagi pemerintah Romawi, melainkan bagi kas kegiatan politik mereka di Yudea dan Yerusalem. Jadi mereka berbeda paham dengan orang Farisi yang menganggap penarikan pajak penduduk dalam bentuk apa saja oleh siapa saja tidak sah dan melawan ajaran agama.


Bila Yesus menyetujui pembayaran pajak penduduk yang diklaim penguasa Romawi, ia akan berhadapan dengan mereka yang bersikap nasionalis dan akan dianggap meremehkan pandangan teologis bahwa tanah suci ialah hak yang langsung diberikan oleh Allah. Dan orang Farisi bisa memakainya untuk mengobarkan rasa tidak suka kepada Yesus. Tetapi bila ia mengatakan jangan, maka ia akan bermusuhan dengan para pendukung Herodes yang dibawa serta orang Farisi dan sekaligus melawan politik Romawi. Jawaban apapun akan membuat Yesus mendapat lawan-lawan baru. Memang itulah yang diinginkan oleh orang Farisi.


PEMECAHAN


Ketika mengatakan berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar sebetulnya Yesus mengajak lawan bicaranya memikirkan keadaan mereka sendiri, yakni dibawahkan pada kuasa Romawi. Jelas kaum Farisi dan para pendukung Herodes hendak menyangkalnya, tapi dengan alasan yang berbeda. Kaum Farisi menolak dengan alasan agama, sedangkan kaum pendukung dengan alasan kepentingan politik mereka sendiri. Di sini ada titik temu dengan permasalahan yang kadang-kadang dihadapi para pengikut Yesus di manapun juga seperti disebut pada awal ulasan ini. Bukan dalam arti mengidentifikasi diri dengan pilihan orang-orang yang datang membawa masalah, melainkan belajar dari sikap Yesus dalam menghadapi persoalan tadi. Dengan mengatakan bahwa patutlah diberikan kepada Allah yang wajib diberikan kepadaNya, Yesus hendak menekankan perlunya integritas batin. Bila kehidupan agama mereka utamakan, hendaklah mereka menjalankannya dengan lurus. Bila mau jujur, mereka mau tak mau akan memeriksa diri adakah mereka sungguh percaya atau sebetulnya mereka menomorsatukan kepentingan sendiri dengan memperalat agama.


Yesus juga membuat mereka yang datang kepadanya berpikir apakah ada pilihan lain selain memberikan kepada Kaisar yang menjadi haknya. Bila ya, coba mana? Ternyata keadaan mereka tak memungkinkan. Mereka tidak mencoba menemukan kemungkinan yang lain. Mereka telah menerima status quo dan tidak mengusahakan perbaikan kecuali dengan mengubahnya menjadi soal teologi. Padahal masalahnya terletak dalam kehidupan sehari-hari. Iman dan hukum agama mereka pakai sebagai dalih dan sebenarnya mereka permiskin. Yesus tidak mengikuti pemikiran yang sempit ini.


Pada akhir petikan disebutkan mereka "heran" mendengar jawaban tadi. Dalam dunia Perjanjian Lama, para musuh umat tak bisa berbuat banyak karena Allah sendiri melindungi umatNya dengan tindakan-tindakan ajaib. Para lawan itu tak berdaya dan bungkam mengakui kebesaranNya. Inilah makna "heran" tadi. Mereka kini terdiam mengakui kebijaksanaan Yesus dan mundur. Seperti penggoda di padang gurun yang terdiam dan mundur meninggalkannya.


KOMUNITAS ORANG YANG PERCAYA


Ketika merumuskan pertanyaan mereka (Mat 21:16), murid-murid orang Farisi terlebih dahulu menyebut Yesus sebagai "orang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan tidak takut kepada siapa pun juga, sebab tidak mencari muka." Dalam bahasa sekarang, Yesus itu dikenal sebagai orang yang punya prinsip serta hidup sesuai dengan prinsip tadi secara transparan . Bukannya demi meraih keuntungan dan menjaga kedudukan. Orang yang mencobainya sebetulnya sudah melihat arah pemecahan masalah, yakni sikapnya yang terarah pada kepentingan Allah. Pembicaraan selanjutnya menunjukkan bahwa sikap itu bukan sikap menutup diri terhadap urusan duniawi dan memusuhinya. Malah hidup dengan urusan duniawi itu juga menjadi cara untuk membuat kehidupan rohani lebih berarti. Itulah kebijaksanaan Yesus. Itulah yang dapat dikaji dan diikuti para pengikutnya.


Pengajaran dasar yang ditampilkan dalam petikan di atas dapat menjadi arahan bagi Gereja. Apakah Gereja sebagai lembaga rohani yang ada di muka bumi ini menemukan perannya juga? Sebagai kelompok masyarakat agama, Gereja diharapkan dapat berdialog dengan kenyataan yang berubah-ubah dalam masyarakat luas tanpa memaksa-maksakan posisi dan pilihan-pilihan sendiri. Pada saat yang sama disadari juga betapa pentingnya menjalankan perutusannya sebagai komunitas orang-orang yang mau menghadirkan Allah, yang memungkinkan urusanNya berjalan sebaik-baiknya di bumi ini. Petikan di atas mengajak orang menumbuhkan kebijaksanaan hidup dan menepati perutusan tadi.


DARI BACAAN KEDUA


Dalam bacaan kedua, yakni 1Petr 2:13-14 diberikan serangkai nasihat bagaimana hidup sebagai orang yang percaya di dalam masyarakat luas yang boleh jadi memiliki pandangan hidup yang lain. Ditegaskan pada dasarnya agar orang yang percaya bersikap "tunduk" kepada kelembagaan dan pemegang kuasa di masyarakat (ay. 13-14). Maksudnya tentu saja mengikuti wewenang yang sah yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Memang orang kristiani awal dulu yang berasal dari kalangan Yahudi banyak yang hidup di luar Tanah Suci sehingga tidak bisa begitu saja dapat beranggapan hukum adat sama dengan hukum umum. Sering keadaan ini membuat hidup mereka tidak gampang karena harus menepati adat kebiasaan sendiri tapi juga mengikuti pola-pola hidup umum. Namun surat Petrus ini justru memandang keadaan itu sebagai kesempatan bagi orang yang percaya untuk memperlihatkan kebaikan ilahi bagi semua orang secara merdeka (ay. 15-16). Orang yang percaya diharapkan mampu menyatukan empat hal berikut (ay. 17): tahu menghargai orang lain, mengasihi sesama orang percaya, menaati agama sendiri ("takutlah kepada Alah!") , dan menghormati penguasa.


Keempat arah itu kiranya menjadi pegangan bagaimana orang yang percaya dapat hidup di masyarakat luas tanpa memiliki sikap menyendiri. Berarti pula adat kebiasaan yang dalam keadaan lain begitu saja dapat diikuti perlu diselaraskan dengan keadaan dan lingkungan. Boleh dikata, inilah keadaban yang dipegang dan dikembangkan orang yang percaya.


Salam hangat,


A. Gianto


Dikutip dari provindo